WIANDRA, ALDIA PUSPA (2025) ANALISIS PERILAKU KOMUNIKASI PADA PENGGEMAR BOYGROUP K - POP SEVENTEEN DI JAKARTA SELATAN. S1 thesis, Universitas Mercu Buana Jakarta.
|
Text (HAL COVER)
01 COVER.pdf Download (530kB) | Preview |
|
![[img]](https://repository.mercubuana.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (BAB I)
02 BAB 1.pdf Restricted to Registered users only Download (228kB) |
|
|
Text (BAB II)
03 BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (167kB) |
|
|
Text (BAB III)
04 BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (152kB) |
|
|
Text (BAB IV)
05 BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (347kB) |
|
|
Text (BAB V)
06 BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (135kB) |
|
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
07 DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (132kB) |
|
|
Text (LAMPIRAN)
08 LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (661kB) |
Abstract
This study aims to explore the communication behavior of fans of the K-pop boygroup Seventeen, known as CARAT, in South Jakarta. Fan communities are not merely spaces to express admiration for idols, but also function as social arenas where identity, relationships, and collective self-expression are formed. This research uses a qualitative approach with a constructivist paradigm. The theory of symbolic interactionism is applied to understand how symbols within the fan community help shape social meaning and fan identity. Data were collected through in-depth interviews with six informants and observations of online and offline fan activities. The findings indicate that the meaning of being a CARAT is built through repeated social interactions, the use of unique fan symbols such as “horanghae,” and active participation in community events. Fan identity emerges not only from emotional attachment to Seventeen, but also from shared experiences within the fandom environment, both digitally and face-to-face. In conclusion, the CARAT community in South Jakarta serves as a symbolic and social space that fosters the formation of relationships, identities, and collective meaning. The communication practices within the fandom demonstrate that being a fan is not merely a leisure activity, but a meaningful part of the participants’ social reality. Keywords: Fan Communication, K-pop Fandom, Seventeen, Symbolic Interactionism Penelitian ini bertujuan untuk memahami perilaku komunikasi penggemar boygroup K-pop Seventeen, atau yang dikenal sebagai CARAT, di Jakarta Selatan. Komunitas penggemar tidak hanya menjadi tempat menyalurkan minat terhadap idola, tetapi juga ruang sosial untuk membentuk identitas, membangun relasi, dan mengekspresikan diri secara kolektif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Teori interaksionisme simbolik digunakan untuk melihat bagaimana simbol-simbol dalam komunitas fandom membentuk makna sosial dan identitas penggemar. Data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap enam informan serta observasi aktivitas fandom secara daring dan luring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna menjadi CARAT terbentuk melalui interaksi sosial yang berulang, penggunaan simbol khas seperti “horanghae,” serta partisipasi aktif dalam kegiatan komunitas. Identitas sebagai penggemar tidak hanya muncul dari keterikatan pada Seventeen, tetapi juga dari pengalaman bersama dalam komunitas fandom, baik secara digital maupun langsung. Kesimpulannya, komunitas CARAT di Jakarta Selatan berfungsi sebagai ruang simbolik dan sosial yang mendukung terbentuknya relasi, identitas, dan makna secara kolektif. Komunikasi yang terjadi di dalamnya memperlihatkan bahwa fandom bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari realitas sosial yang hidup dan bermakna bagi para anggotanya. Kata Kunci: Komunikasi Penggemar, Fandom K-pop, Seventeen, Interaksionisme Simbolik
Actions (login required)
 |
View Item |
