WULANDARI, RAHMA (2025) PERMASALAHAN KOMUNIKASI DALAM INTERAKSI SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN (Studi Kasus Pada Rumah Susun Sederhana Sewa Persakih Jakarta Barat). S1 thesis, Universitas Mercu Buana Jakarta.
|
Text (HAL COVER)
01 Cover.pdf Download (675kB) | Preview |
|
![]() |
Text (BAB I)
02 Bab 1.pdf Restricted to Registered users only Download (203kB) |
|
![]() |
Text (BAB II)
03 Bab 2.pdf Restricted to Registered users only Download (247kB) |
|
![]() |
Text (BAB III)
04 Bab 3.pdf Restricted to Registered users only Download (208kB) |
|
![]() |
Text (BAB IV)
05 Bab 4.pdf Restricted to Registered users only Download (726kB) |
|
![]() |
Text (BAB V)
06 Bab 5.pdf Restricted to Registered users only Download (146kB) |
|
![]() |
Text (DAFTAR PUSTAKA)
07 Daftar Pustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (132kB) |
|
![]() |
Text (LAMPIRAN)
08 Lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Abstract
This research investigates communication problems in the social interactions among residents of Pesakih Low-Income Rental Apartments (Rusunawa), West Jakarta. The unique composition of the residents—comprising relocated individuals from various areas and general applicants—has led to tensions stemming from differing socio-economic and cultural backgrounds. The study addresses how these differences hinder meaningful interactions and affect the sense of community among residents. The research employs a qualitative approach with a case study method to explore the communication dynamics within the apartment complex. Data were collected through in-depth interviews, direct observation, and documentation. Informants included housewives, youth, security staff, local leaders, and apartment management. Triangulation of sources ensured the credibility of the findings. Findings indicate that limited shared spaces, lack of a common communication forum, and restricted access to information are key obstacles in the interaction process. Misunderstandings and unresolved conflicts between relocated and general residents often arise from poor communication practices and stereotypes. Additionally, the role of social media and neighborhood leaders has not been fully utilized in fostering interaction and community engagement. Applying Stephen W. Littlejohn’s interactional theory, the study concludes that two-way communication and shared meaning-making are essential in bridging differences and establishing social cohesion. Active involvement from managers, community leaders, and communication facilitators is vital to promote open dialogue. Efforts such as communication education, inclusive community programs, and optimized information channels are recommended to strengthen solidarity and reduce social friction. Keywords: communication, social interaction, public housing, relocated residents, case study, urban community Penelitian ini bertujuan untuk memahami berbagai persoalan komunikasi dalam proses interaksi sosial antar penghuni di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pesakih, Jakarta Barat. Permasalahan muncul akibat latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda, khususnya antara warga relokasi dan warga umum. Ketiadaan forum komunitas yang efektif dan minimnya keterlibatan penghuni dalam kegiatan bersama juga memperburuk kualitas hubungan sosial. Latar belakang ini menjadi dasar penting bagi penelitian guna menggambarkan kompleksitas relasi sosial di hunian vertikal berbasis sewa tersebut. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi. Peneliti memilih informan dari beragam latar, termasuk ibu rumah tangga, pemuda, petugas keamanan, ketua RT, dan pengelola rusun, untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh mengenai dinamika sosial dan hambatan komunikasi di lingkungan rumah susun. Analisis dilakukan melalui tahapan reduksi, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan, dengan keabsahan data diuji melalui triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang tidak terbuka, kurangnya ruang interaksi, serta konflik penggunaan fasilitas umum menjadi kendala utama dalam membangun hubungan sosial yang harmonis antar penghuni. Interaksi antara warga umum, warga relokasi, dan pengelola kerap terhambat akibat minimnya pemahaman bersama serta persepsi negatif yang muncul akibat latar belakang masing-masing kelompok. Situasi ini diperparah dengan keterbatasan akses terhadap informasi dan belum optimalnya fungsi media sosial sebagai jembatan komunikasi komunitas. Penelitian ini mengacu pada teori interaksional Stephen W. Littlejohn yang menekankan pentingnya komunikasi dua arah dalam menciptakan realitas sosial bersama. Ditemukan bahwa diperlukan peran aktif dari pengelola, RT/RW, serta fasilitator komunikasi lainnya dalam membangun ruang dialog antar penghuni. Kesimpulannya, peningkatan literasi komunikasi, pembentukan forum interaksi, dan optimalisasi saluran informasi sangat dibutuhkan untuk memperkuat solidaritas sosial dan menciptakan iklim hunian yang inklusif di Rusunawa Pesakih. Kata kunci: komunikasi, interaksi sosial, rumah susun, warga relokasi, konflik sosial
Actions (login required)
![]() |
View Item |