ADAPTASI PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BERBEDA RELIGI (Studi Kasus Pada Anak Gen Milenial di Kota DKI Jakarta)

Nasution, Debby Heidelina (2023) ADAPTASI PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BERBEDA RELIGI (Studi Kasus Pada Anak Gen Milenial di Kota DKI Jakarta). S2 thesis, Universitas Mercu Buana-Menteng.

[img]
Preview
Text (COVER)
55219120045-Debby Heidelina N-01 Cover - Debby Heideline.pdf

Download (704kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
55219120045-Debby Heidelina N-02 Abstrak - Debby Heideline.pdf

Download (90kB) | Preview
[img] Text (BAB 1)
55219120045-Debby Heidelina N-03 Bab 1 - Debby Heideline.pdf
Restricted to Registered users only

Download (144kB)
[img] Text (BAB 2)
55219120045-Debby Heidelina N-04 Bab 2 - Debby Heideline.pdf
Restricted to Registered users only

Download (555kB)
[img] Text (BAB 3)
55219120045-Debby Heidelina N-05 Bab 3 - Debby Heideline.pdf
Restricted to Registered users only

Download (222kB)
[img] Text (BAB 4)
55219120045-Debby Heidelina N-06 Bab 4 - Debby Heideline.pdf
Restricted to Registered users only

Download (676kB)
[img] Text (BAB 5)
55219120045-Debby Heidelina N-07 Bab 5 - Debby Heideline.pdf
Restricted to Registered users only

Download (56kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
55219120045-Debby Heidelina N-08 Daftar Pustaka - Debby Heideline.pdf
Restricted to Registered users only

Download (127kB)
[img] Text (LAMPIRAN)
55219120045-Debby Heidelina N-09 Lampiran - Debby Heideline.pdf
Restricted to Registered users only

Download (445kB)
[img] Text (LEMBAR KEABSAHAN)
55219120045-Debby Heidelina N-10 Formulir Pernyataan Keabsahan & Persetujuan Publikasi Tugas Akhir - Debby Heideline.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (149kB)

Abstract

Religious pluralism is a reality that cannot be avoided in this life, including in Indonesia. Ironically, this diversity often becomes a source of conflict, even when married couples of different religions agree to marry while maintaining their respective religions. Even though in Indonesia it is still taboo or not commonplace and it is still difficult to carry out marriages between different religions, since 2005, based on ICRP data, there have been 1,425 couples from different religions who have married in this way. There are those who use an alternative solution model by entering a "pseudo-religion" from the religion of one of the partners, there are also those who falsify their identity, or marry abroad. Of course, these actions lead to many new consequences, especially after their child is born. It takes the ability to adapt communication behavior so that both parents and children can adapt to this religious pluralism. This is the background to this research, as well as the focus of this research, namely wanting to reveal and explain what and how channels for adapting children's communication behavior in families with parents of different religions, especially for millennial children in the city of DKI Jakarta, along with the obstacles. The reason for choosing the Millennial gene as the research subject is because, apart from this gene being a transition gene between the Baby Boomers gene and the Z gene, it is also because it is currently the most abundant and they have also entered the adult age range. While the selection of the city of DKI Jakarta as the research locus, because this research was conducted in DKI Jakarta. Apart from the limited study time and manpower, it is also due to efficiency reasons. In addition, it is not easy to get research informants. This qualitative research uses an intrinsic type of case study method, in a constructivist paradigm. The semi- structured in-depth interview technique was chosen as the main way to obtain data from informants. As a data analysis technique, source triangulation is used. There were six informants in this study, all of whom were raised in families with parents of different religions and were adults and working. The results are: first, the channels for adaptation of communication behavior for millennial generation children in families with parents of different religions in the city of Jakarta, namely: One, by praying and singing praises to God in regional languages before going to bed; Two, by way of worship with family at home; Three, by going to worship or praying at the house of worship; Four, by way of worship with family in houses of worship; Five, by learning from the Holy Bible; Six, by eating with family, both at breakfast and dinner; Seven, by way of giving goods as gifts; Eight, by way of family dialogue, both with parents and siblings; Nine, by studying religion with the comparative study method; Ten, by participating in celebrating religious holidays. Second, the obstacles that arise are: One, there are obstacles in the form of parental intervention; Two, there are obstacles due to parents' lack of attention; Three, there are obstacles due to never being given special worship lessons; Fourth, obstacles due to confusion in studying a holy book due to differences in religion and perspective; Five, language barriers; Six, Obstacles due to differences in how to pray; Seven, psychological barriers such as closing oneself; Eight, the obstacle is the difference in worship during religious holidays; and nine, obstacles due to loss of self-identity because they never studied religion from their childhood. Kemajemukan religi merupakan realitas yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, termasuk di Indonesia. Ironisnya kemajemukan tersebut sering menjadi sumber konflik, sekalipun pada pasangan suami istri berbeda religi yang sudah sepakat untuk menikah meski dengan mempertahankan religi mereka masing-masing. Meski di Indonesia masih tabu atau belum lazim dan masih sulit untuk dilakukannya perkawinan berbeda religi, namun sejak tahun 2005, berdasarkan data ICRP, sudah ada 1.425 pasangan berbeda religi yang melakukan pernikahan dengan cara tersebut. Ada yang menggunakan model penyelesaian alternatif dengan masuk “agama semu” dari keagamaan salah satu pasangan, ada juga dengan cara pemalsuan identitas, ataupun melakukan pernikahan keluar negeri. Tentu saja tindakan tersebut menimbulkan banyak konsekuensi baru, terutama setelah anak mereka lahir. Butuh kemampuan adaptasi perilaku komunikasi agar orang tua dan anak sama-sama dapat mampu beradaptasi pada kemajemukan religi tersebut. Inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, sekaligus menjadi fokus penelitian ini, yaitu ingin mengungkap dan menjelaskan apa dan bagaimana saluran adaptasi perilaku komunikasi anak dalam keluarga dengan orang tua berbeda religi, khususnya pada anak gen milenial di kota DKI Jakarta, berikut hambatannya. Alasan dipilihnya gen Milenial sebagai subyek penelitian yaitu karena, selain gen ini merupakan gen transisi antara gen Baby Boomers dan gen Z, juga karena saat ini paling banyak dan mereka juga sudah masuk pada rentang usia dewasa. Sedangkan pemilihan kota DKI Jakarta sebagai fokus penelitian, karena memang penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta. Selain karena adanya keterbatasan waktu studi dan tenaga, juga karena alasan efiensi. Selain itu, tidak mudah untuk mendapatkan informan penelitian. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode Studi Kasus jenis intrinsik, dalam paradigma konstruktivis. Teknik wawancara mendalam secara semi terstruktur dipilih sebagai cara utama untuk mendapatkan data dari informan. Sebagai teknik analisis data, digunakan trianggulasi sumber. Informan pada penelitian ini ada enam orang, semuanya dibesarkan dalam keluarga dengan orang tua berbeda religi, dan sudah dewasa serta bekerja. Hasilnya yaitu : pertama, adapun saluran adaptasi perilaku komunikasi anak gen milenial dalam keluarga dengan orang tua berbeda religi di kota Jakarta yaitu : Satu, dengan cara berdoa dan bernyanyi memuji Tuhan dalam bahasa daerah sebelum tidur,; Dua, dengan cara ibadah bersama keluarga di rumah,; Tiga, dengan cara pergi beribadah atau sembahyang di rumah ibadah,; Empat, dengan cara Ibadah bersama keluarga di rumah ibadah,; Lima, dengan cara belajar dari Kitab Suci,; Enam, dengan cara makan bersama keluarga, baik saat sarapan maupun makan malam,; Tujuh, dengan cara melalui pemberian barang sebagai kado,; Delapan, dengan cara dialog keluarga, baik dengan orang tua maupun saudara,; Sembilan, dengan cara belajar agama dengan metode studi banding,; Sepuluh, dengan cara ikut serta merayakan perayaan hari besar keagamaan. Kedua, adapun hambatan yang muncul yaitu : Satu, adanya hambatan berupa intervensi orang tua,; Dua, adanya hambatan akibat Orang tua kurang perhatian,; Tiga, adanya hambatan akibat tidak pernah diberi pelajaran beribadah secara khusus,; Empat, hambatan akibat adanya kebingungan dalam mempelajari suatu kitab suci karena adanya perbedaan religi dan perspektif,; Lima, hambatan bahasa,; Enam, Hambatan akibat adanya perbedaan dalam cara berdoa,; Tujuh, hambatan psikologi seperti menutup diri,; Delapan, hambatan adanya perbedaan dalam melakukan ibadah pada saat hari raya agama,; dan Sembilan, hambatan akibat kehilangan identitas diri karena tidak pernah belajar religi dari masa kecil.

Item Type: Thesis (S2)
NIM/NIDN Creators: 55219120045
Uncontrolled Keywords: Communication Adaptation, Millennial Child Communication, Religion Adaptasi Komunikasi, Komunikasi Anak Milenial, Religi
Subjects: 300 Social Science/Ilmu-ilmu Sosial > 300. Social Science/Ilmu-ilmu Sosial > 302 Social Interaction, Interpersonal Relations/Interaksi Sosial, Hubungan Antarpersonal > 302.2 Communication/Komunikasi
Divisions: Pascasarjana > Magister Ilmu Komunikasi
Depositing User: SILMI KAFFA MARISKA
Date Deposited: 27 Feb 2024 02:09
Last Modified: 27 Feb 2024 02:11
URI: http://repository.mercubuana.ac.id/id/eprint/86563

Actions (login required)

View Item View Item