SAMOSIR, FRANS FERDINAND (2025) ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 PADA PROYEK RENOVASI BANK DANAMON JAMBI. S1 thesis, Universitas Mercu Buana Jakarta.
|
Text (HAL COVER)
1. COVER.pdf Download (1MB) | Preview |
|
![[img]](https://repository.mercubuana.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (BAB I)
2. BAB 1.pdf Restricted to Registered users only Download (562kB) |
|
|
Text (BAB II)
3. BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (649kB) |
|
|
Text (BAB III)
4. BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
|
Text (BAB IV)
5. BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (665kB) |
|
|
Text (BAB V)
6. BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (466kB) |
|
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
7. DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (443kB) |
|
|
Text (LAMPIRAN)
8. LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (938kB) |
Abstract
Building construction and renovation are crucial pillars of economic growth in Indonesia, including the comprehensive renovation project of the strategic Jambi branch of Bank Danamon. This project aims to improve the comfort and professionalism of the environment. However, its location in a dense city center and the ongoing bank operations create significant occupational safety challenges, making the implementation of an Occupational Safety and Health Management System (SMK3) crucial to ensure the safety of all parties involved. This study analyzed the implementation of the SMK3 on the project through questionnaires distributed to 30 respondents from the contractor and the supervising consultant. The results showed that the overall implementation of the SMK3 was considered good, with average scores of 3.21 (Contractor) and 3.94 (Supervising Consultant). Information and training on fire extinguishers (APAR) (Contractor: 3.61; Consultant: 4.5) and an adequate work environment (Contractor: 3.97; Consultant: 4.63) were key strengths. However, field observations and in-depth interviews identified obstacles in the form of worker indiscipline in the use of Personal Protective Equipment (PPE) (mean obstacle 3.89 from Contractors, 4.5 from Consultants) and suboptimal project management supervision. In addition, aspects of the implementation of Job Safety Analysis (JSA) (Contractors: 2.86) and the delivery of work environment measurement results (Contractors: 2.61) remain significant weaknesses. This is also supported by the perception that the workforce's mindset is still low regarding OHS (Contractors: 3.57; Consultants: 4.0), minimal knowledge of OHS assurance (Contractors: 3.71; Consultants: 4.0), and limited capital and OHS training from the company (Contractors: 3.0; Consultants: 3.0-3.5). These conditions emphasize the need for continuous improvement in information, OHS training, resource allocation, and supervision to ensure better compliance and occupational safety, overcome obstacles arising from human aspects and management support.. Keywords: K3 Management System, PPE, Safety, Hazard Identification, Risk Assesment, Risk Control. Pembangunan dan renovasi gedung merupakan pilar penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, termasuk proyek renovasi menyeluruh Bank Danamon cabang Jambi yang strategis. Proyek ini bertujuan meningkatkan kenyamanan dan profesionalisme lingkungan. Namun, lokasinya di pusat kota yang padat dan operasional bank yang tetap berjalan menciptakan tantangan keselamatan kerja yang signifikan, sehingga penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menjadi krusial untuk menjamin keamanan semua pihak terlibat. Penelitian ini menganalisis implementasi SMK3 pada proyek tersebut melalui kuesioner yang disebarkan kepada 30 responden dari kontraktor dan konsultan pengawas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SMK3 secara keseluruhan tergolong baik, dengan nilai rata-rata (mean) 3,21 (Kontraktor) dan 3,94 (Konsultan Pengawas). Aspek informasi dan pelatihan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) (Kontraktor: 3,61; Konsultan: 4,5) dan lingkungan kerja yang memadai (Kontraktor: 3,97; Konsultan: 4,63) menjadi kekuatan utama. Meskipun demikian, observasi lapangan dan wawancara mendalam mengidentifikasi kendala berupa ketidakdisiplinan pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) (mean kendala 3,89 dari Kontraktor, 4,5 dari Konsultan) dan pengawasan manajemen proyek yang belum optimal. Selain itu, aspek pelaksanaan Analisis Keselamatan Kerja (JSA) (Kontraktor: 2,86) dan penyampaian hasil pengukuran lingkungan kerja (Kontraktor: 2,61) masih menjadi kelemahan signifikan. Hal ini juga didukung oleh persepsi bahwa pola pikir tenaga kerja masih rendah tentang K3 (Kontraktor: 3,57; Konsultan: 4,0), minimnya pengetahuan jaminan K3 (Kontraktor: 3,71; Konsultan: 4,0), serta keterbatasan modal dan pelatihan K3 dari perusahaan (Kontraktor: 3,0; Konsultan: 3,0-3,5). Kondisi ini menekankan perlunya peningkatan berkelanjutan dalam informasi, pelatihan K3, alokasi sumber daya, dan pengawasan guna memastikan kepatuhan dan keselamatan kerja yang lebih baik, mengatasi hambatan yang timbul dari aspek manusia dan dukungan manajemen. Kata Kunci: Sistem Manajemen K3, APD, Safety, Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko.
Actions (login required)
 |
View Item |
