PUTRA, FIKRI ARIF (2024) REPRESENTASI PAHLAWAN PERJUANGAN PEREMPUAN DALAM FILM MULAN (Analisis Semiotika CHARLES SANDERS PIERCE). S1 thesis, Universitas Mercu Buana Jakarta.
|
Text (HAL COVER)
01 COVER.pdf Download (317kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
02 ABSTRAK.pdf Download (108kB) | Preview |
|
Text (BAB I)
03 BAB 1.pdf Restricted to Registered users only Download (239kB) |
||
Text (BAB II)
04 BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (590kB) |
||
Text (BAB III)
05 BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (110kB) |
||
Text (BAB IV)
06 BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (428kB) |
||
Text (BAB V)
07 BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (153kB) |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
08 DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (205kB) |
||
Text (LAMPIRAN)
09 LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (171kB) |
Abstract
A society cannot be separated from a digital lifestyle, which requires the use of all practices and networks; it is connected with a dynamic process of modernization, which produces changes in socio-cultural structures and within societies. Film is a varied form of public communication. In addition to providing entertainment, movies can also be used to educate audiences and spread new cultural ideals. Gender inequality is one of the real-world problems highlighted in films, where women are treated unfairly and unevenly with men. This research uses a constructivist paradigm, which is a means of looking at social and cultural traditions. According to this paradigm, the identity of things is determined by the way we speak about them, the language we use to communicate our ideas, and how social groups adapt to their shared experiences. The presence of a significant symbol or language in the process of creating reality. The findings of this research include the gender equality message delivered in the conversation between Mulan and the Commander in the middle of the film, when Mulan was considered shameful as a woman, and at the end of the movie, when the Commandant praised Mulan's actions to be a real woman. A soldier like any other soldier, without shame. Meanwhile, Mulan shows progress in gender equality in Mulan's video scene as a society-supported woman, with good results. In this work, the researchers used Charles Sanders Peirce's semiotic analysis to produce richer, stronger, and more reliable meanings. In this study, we focused on scenarios and discussions that conveyed signals about gender equality. Keywords: Representation, Film, Mulan, Gender Equality, Feminism Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup digital, yang mengharuskan penggunaan semua gawai dan jaringan; hal ini terkait dengan proses modernisasi yang dinamis, yang menghasilkan perubahan dalam struktur sosial-budaya dan di dalam masyarakat. Film adalah jenis komunikasi publik yang beragam. Selain memberikan hiburan, film juga dapat digunakan untuk mendidik penonton dan menyebarkan cita-cita budaya baru. Ketidaksetaraan gender adalah salah satu contoh masalah dunia nyata yang disorot dalam film, di mana perempuan diperlakukan secara tidak adil dan tidak dapat sejajar dengan laki-laki. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yang merupakan sarana untuk melihat tradisi sosial budaya. Menurut paradigma ini, identitas hal-hal ditentukan oleh cara kita berbicara tentang mereka, bahasa yang kita gunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide kita, dan bagaimana kelompok sosial beradaptasi dengan pengalaman bersama mereka. Kehadiran simbol atau bahasa yang signifikan dalam proses menciptakan realitas. Temuan penelitian ini antara lain pesan kesetaraan gender yang disampaikan dalam pembicaraan Mulan dan Panglima di tengah film, ketika Mulan dianggap memalukan sebagai seorang wanita, dan pada akhir film, ketika Panglima memuji tindakan Mulan. untuk menjadi wanita sejati. Seorang prajurit seperti setiap prajurit lainnya, tanpa rasa malu. Sementara itu, Mulan menunjukkan kemajuan kesetaraan gender dalam adegan video Mulan sebagai perempuan yang didukung masyarakat, dengan hasil yang baik. Dalam karya ini, para peneliti menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Peirce untuk menghasilkan makna yang lebih kaya, lebih kuat, dan lebih dapat diandalkan. Dalam penelitian ini, kami berfokus pada skenario dan diskusi yang menyampaikan sinyal tentang kesetaraan gender. Kata Kunci: Representasi, Film, Mulan, Kesetaraan Gender, Feminisme
Actions (login required)
View Item |