SELOMITA, CHIESA ARIN (2025) REPRESENTASI IDEOLOGIS RELASI KUASA DALAM KELUARGA BATAK PADA FILM NGERI NGERI SEDAP : STUDI TERHADAP RESEPSI KHALAYAK. S1 thesis, Universitas Mercu Buana Jakarta.
|
Text (HAL COVER)
01 COVER.pdf Download (494kB) | Preview |
|
![[img]](https://repository.mercubuana.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (BAB I)
02 BAB 1.pdf Restricted to Registered users only Download (156kB) |
|
|
Text (BAB II)
03 BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (248kB) |
|
|
Text (BAB III)
04 BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (133kB) |
|
|
Text (BAB IV)
05 BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (551kB) |
|
|
Text (BAB V)
06 BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (99kB) |
|
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
07 DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (154kB) |
|
|
Text (LAMPIRAN)
08 LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (374kB) |
Abstract
Ngeri-Ngeri Sedap portrays Batak family life full of traditional values and generational conflicts. This comedy drama displays family dynamics that closely resemble the reality of many people: demanding parents, children who feel misunderstood, and communication often blocked by patriarchal culture. The purpose of this study is to more deeply examine how audiences interpret the power relations shown in the film. This study employs a critical paradigm, qualitative approach, and reception analysis method. The study is based on Stuart Hall's theory of how audiences interpret media messages through three positions: dominant-hegemony, negotiation, and opposition. Data were obtained through in-depth interviews with four informants of Batak and non-Batak cultural backgrounds. The results showed variations in audience interpretations. The dominanthegemonic position accepted the film's message as a touching representation of reality, scoring 50. The negotiation position enjoyed the film as entertainment but remained critical of authoritarian parenting, scoring 5. The opposition position rejected the reinforcement of patriarchal values packaged as love, scoring 1. Interviews with four informants revealed that interpretations are influenced by sociocultural factors, personal experiences, and awareness of the power structure within families. These findings confirm that movies function not only as entertainment but also as a means of social reflection, raising issues of family communication and ideological domination displayed by power relations in society. This research emphasizes the importance of media literacy in critically analyzing cultural representations and moral values in films. Keywords: Reception Analysis, Power Relations, Film, Cultural Industry Film Ngeri-Ngeri Sedap menyuguhkan potret kehidupan keluarga Batak yang sarat akan nilai-nilai tradisional dan konflik antar generasi. Dalam balutan drama komedi, film ini menampilkan dinamika keluarga yang sangat dekat dengan kenyataan banyak orang, tentang orang tua yang menuntut, anak-anak yang merasa tidak dimengerti, serta komunikasi yang sering kali tersumbat oleh budaya patriarki. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam bagaimana khalayak sebagai penonton memaknai relasi kuasa dalam keluarga yang ditampilkan pada film tersebut. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi. Teori Stuart Hall menjadi dasar untuk memahami bagaimana khalayak memaknai pesan media melalui tiga posisi: dominanhegemoni, negosiasi, dan oposisi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan empat informan yang memiliki latar belakang budaya Batak dan non-Batak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi posisi interpretasi khalayak: posisi dominan-hegemoni menerima pesan film sebagai representasi realitas yang menyentuh dengan skor 50, posisi negosiasi dengan skor 5, menikmati film sebagai hiburan namun tetap kritis terhadap pola asuh otoriter; dan posisi oposisi dengan skor 1, menolak penguatan nilai-nilai patriarki yang dikemas sebagai bentuk kasih sayang. Pada hasil wawancara terhadap 4 informan, mengungkap bahwa interpretasi dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya, pengalaman pribadi, serta kesadaran akan struktur kekuasaan dalam keluarga. Temuan ini menegaskan bahwa film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana refleksi sosial yang mampu mengangkat isu komunikasi keluarga dan dominasi ideologi dalam masyarakat yang ditampilkan dengan relasi kuasa. Implikasi dari penelitian ini mendorong pentingnya literasi media dalam mengkritisi representasi budaya dan nilai-nilai moral dalam film. Kata Kunci : Analisis Resepsi, Relasi Kuasa, Film, Industri Budaya
Actions (login required)
 |
View Item |
