SANYOTO, HER (2020) PERAN DUKUNGAN KELOMPOK PADA SELECTIVE EXPOSURE TENTANG PORNOGRAFI MELALUI INTERNET DI KALANGAN SANTRI PESANTREN MODERN XYZ DI KOTA TANGERANG. S2 thesis, Universitas Mercu Buana Jakarta.
|
Text (HAL COVER)
1. Halaman Judul.pdf Download (35kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2. Abtrak.pdf Download (31kB) | Preview |
|
|
Text (LEMBAR PERNYATAAN)
4. Surat Pernyataan.pdf Download (3MB) | Preview |
|
|
Text (LEMBAR PENGESAHAN)
3. Lebar Pengesahan.pdf Download (16MB) | Preview |
|
|
Text (KATA PENGANTAR)
5. Kata Pengantar.pdf Download (103kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
6. Daftar Isi.pdf Download (103kB) | Preview |
|
Text (BAB I)
7. Bab 1.pdf Restricted to Registered users only Download (408kB) |
||
Text (BAB II)
8. Bab 2.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
||
Text (BAB III)
9. Bab 3.pdf Restricted to Registered users only Download (419kB) |
||
Text (BAB IV)
10. Bab 4.pdf Restricted to Registered users only Download (469kB) |
||
Text (BAB V)
11. Bab 5.pdf Restricted to Registered users only Download (354kB) |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
12. Daftar Pustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (106kB) |
||
Text (LAMPIRAN)
13. Lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Abstract
Pornography has a severe adverse effect because pornography could increase the number of sexually active teenagers and create other problems such as unwanted pregnancy and abortion (Damayanti, 2007; Supriati & Fikawati, 2009). Pornography could also negatively affect brain growth of the person who accesses it, which can damage brain parts, prefrontal cortex which is located near the frontal bone. Continuous excessive stimulation without filter from pornography could permanently damage this logical part of the brain (Hutagalung, 2018). The question that arises in response to this condition is why teens often access pornographic information? The study of Anisah (2016), Hutagalung (2017), and Mahsiani (2018) stated that teenagers often access pornographic information because of their curiosity. Since in Indonesian culture pornographic is considered as taboo and also embarrassing when asking someone about sex information, including on their parents and teacher, teens usually ask and refer to their peer group to find information about sex. Understanding how vital peer group can influence teens to seek of sex information, it would be interesting to have a study what is the role of peer group among teens on selective exposure of pornographic information through internet. This research involved students from an Islamic boarding school in Tangerang city as informants. Tangerang was chosen because it is located near Jakarta, the capital city which placed fifth in the list of cities (according to Google Trends in 2010) that accesses most the "sex" keyword. Argumentation of researcher to choose Islamic boarding school is to know whether peer group could affect the process of selective exposure on pornographic information among students, instead of tradition of obedience and discipline of Islamic boarding school. The framework of thinking in this research is based on the constructivist paradigm. A qualitative approach was applied in this research. The data collection techniques used in�depth interview method. The result of the study shows that peer group does not play a role in the process of selective exposure on pornographic information in Islamic boarding school instead other factor that affect the student are the normative belief based on parenting system and rules of the Islamic boarding school. Keywords: pornography, group support, rules of Islamic boarding school. Pornografi memiliki dampak buruk yang parah karena dapat meningkatkan jumlah remaja yang aktif secara seksual dan menciptakan masalah lain seperti kehamilan dan aborsi yang tidak diinginkan (Damayanti, 2007; Supriati & Fikawati, 2009). Pornografi juga secara negatif mempengaruhi pertumbuhan otak individu yang mengaksesnya, yang dapat merusak bagian otak terutama korteks prefrontal yang terletak di dekat tulang frontal. Stimulasi berlebih terus menerus tanpa filter dari pornografi dapat secara permanen merusak bagian otak (Hutagalung, 2018). Pertanyaan yang muncul dalam menyikapi kondisi ini adalah mengapa remaja sering mengakses informasi pornografi? Studi Anisah (2016), Hutagalung (2017), dan Mahsiani (2018) menyatakan bahwa remaja sering mengakses informasi pornografi karena didorong rasa ingin tahu. Karena dalam budaya Indonesia pornografi dianggap tabu dan juga memalukan ketika bertanya kepada seseorang tentang informasi seks, termasuk pada orang tua dan guru, remaja biasanya bertanya dan merujuk kepada kelompok sebaya untuk mencari informasi tentang seks. Memahami bagaimana kelompok sebaya dapat memengaruhi remaja untuk mencari informasi seks, akan menarik untuk melakukan penelitian apa peran kelompok di kalangan remaja pada proses selektif informasi pornografi melalui internet. Penelitian ini melibatkan siswa dari pondok pesantren di kota Tangerang sebagai informan. Tangerang dipilih karena terletak di dekat Jakarta, ibukota yang berada di urutan kelima dalam daftar kota (menurut Google Trends pada 2010) yang mengakses sebagian besar kata kunci "seks". Argumentasi peneliti untuk memilih pondok pesantren adalah untuk mengetahui apakah kelompok sebaya dapat mempengaruhi proses pemaparan selektif pada informasi pornografi di kalangan siswa, alih-alih tradisi kepatuhan dan disiplin pesantren. Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada paradigma konstruktivis. Pendekatan kualitatif diterapkan dalam penelitian ini, sementara itu teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwakelompok sebaya tidak berperan dalam proses paparan selektif terhadap informasi pornografi di pondok pesantren, sebaliknya faktor lain yang mempengaruhi siswa adalah kepercayaan normatif berdasarkan sistem pengasuhan dan aturan pondok pesantren. Kata kunci: pornographi, dukungan kelompok, peraturan pondok pesantren.
Actions (login required)
View Item |