ARTO, DEVA HENDRY (2025) ANALISIS PERHITUNGAN NETT PLANT HEAT RATE PERBANDINGAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR BATUBARA 100% DENGAN CO-FIRING CAMPURAN BIOMASSA SAWDUST PADA PLTU X DI BANTEN. S1 thesis, Universitas Mercu Buana Jakarta.
|
Text (HAL COVER)
01 COVER.pdf Download (523kB) | Preview |
|
![[img]](https://repository.mercubuana.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (BAB I)
02 BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (217kB) |
|
|
Text (BAB II)
03 BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
|
Text (BAB III)
04 BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (279kB) |
|
|
Text (BAB IV)
05 BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (489kB) |
|
|
Text (BAB V)
06 BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (142kB) |
|
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
07 DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (201kB) |
|
|
Text (LAMPIRAN)
08 LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (251kB) |
Abstract
Oil, gas, and coal are still the main energy sources for power generation in Indonesia. Coal is expected to contribute 59.8% of Indonesia's power generation in 2030, followed by natural gas (including LNG) at 15.6%, renewable energy at 24.2%, and fuel oil at 0.4%. According to the RUPTL (2021–2030), in 2030, the energy mix from renewable energy will reach around 24.2% thanks to active co-firing and the operation of geothermal power plants and hydroelectric power plants. The PLTU X in Banten, Indonesia, is one of several power plants in the country that uses sub-critical technology in boilers. In sub-critical power plants, the steam level is below the critical point or around a temperature of 500 oC or more precisely based on the Unit 1-2 manual book, namely at a temperature of 546 oC and at a pressure of 180 bar. PLTU X in Banten with a generator output capacity of 400 MW. The government is currently aggressively targeting a New and Renewable Energy (EBT) Mix of 23% by 2025 (RUPTL 2021-2030 concerning the Co-firing Roadmap for PLTU). Therefore, there is untapped potential from biomass and waste in Indonesia that can be used as Co-firing fuel in PLTU. The use of sawdust biomass in PLTU can support the PLN program. From the use of fuel and the resulting load, it can later be calculated for the net and gross heat rate and also thermal efficiency. Later, the heat rate can be compared when using fuel using 100% coal with sawdust biomass co-firing and can also be compared during the performance test commissioning. The estimated net plant heat rate for sawdust biomass is lower than coal fuel alone because the calorific value of coal combined with sawdust biomass is greater than coal fuel alone. Based on the data, the net heat rate of the generator ranges from 2563.97 kCal/kWh at a load of 149 MW to 4169.38 kCal/kWh at a load of 236 MW when using 100% coal. The net heat rate of the generator for sawdust biomass fuel ranges from 3045.20 kCal/kWh at a load of 147 MW to 3671.32 kCal/kWh at a load of 220 MW. According to the law of inverse proportionality, the lower the net heat rate of the generator, the better its efficiency. For example, when using 100% coal, the lowest efficiency is 22.26% at a net heat rate of 4169.38 kCal/kWh, and the highest efficiency is 35.86% at a net heat rate of 2563.97 kCal/kWh. The sawdust-based fuel has an efficiency ranging from 25.83% at a net plant heat rate of 3671.32 kCal/kWh to 30.22% at a net plant heat rate of 3045.20. In 2024, the air preheater element was replaced, resulting in an increase in the net plant heat rate relative to the commissioning value. The new air preheater element is looser and therefore has losses that can increase the net plant heat rate. Keywords : (sawdust) Biomass, Heat Rate, Efficiency Minyak, gas, dan batu bara masih menjadi sumber energi utama bagi pembangkit listrik di Indonesia. Batubara diperkirakan akan menyumbang 59,8% dari pembangkit listrik Indonesia pada tahun 2030, diikuti oleh gas alam (termasuk LNG) sebesar 15,6%, EBT sebesar 24,2%, dan BBM sebesar 0,4%. Menurut RUPTL (2021–2030), pada tahun 2030, bauran energi dari EBT akan mencapai sekitar 24,2% berkat co-firing aktif dan pengoperasian PLTP dan PLTA. PLTU X yang ada di Cilegon, Indonesia, merupakan salah satu dari beberapa pembangkit listrik di negara ini yang menggunakan teknologi sub-critical pada boiler. Pada pembangkit sub-critikal tingkat keadaan uap di bawah titik kritis atau berkisar ditemperatur 500 oC atau lebih tepatnya berdasarkan manual book yaitu di temperatur 546 oC dan pada tekanan 180 bar. Pemerintah saat ini gencar menargetkan Bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 (RUPTL Tahun 2021 – 2030 tentang Roadmap Co-firing PLTU). Maka dari itu terdapat potensi yang belum banyak ter manfaatkan dari biomassa dan sampah di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan bakar Cofiring pada PLTU. Dengan penggunaan biomassa sawdust pada PLTU dapat menunjang program PLN tersebut. Dari pemakaian bahan bakar dan beban yang dihasilkan nantinya dapat dihitung untuk heat rate baik nett maupun gross dan juga efisiensi termal. Nantinya dapat dibandingkan heat rate saat pemakaian bahan bakar yang menggunakan Batubara 100% dengan co-firing biomassa sawdust dan juga bisa dibandingkan saat performance test commisioning. Estimasi nett plant heat rate untuk biomassa sawdust lebih rendah daripada bahan bakar batu bara saja, karena nilai kalor Batubara yang dikombinasikan dengan biomassa sawdust lebih besar daripada bahan bakar Batubara saja. Berdasarkan data, laju panas bersih pembangkit berkisar antara 2563,97 kKal/kWh pada beban 149 MW hingga 4169,38 kKal/kWh pada beban 236 MW saat menggunakan 100% Batubara. Laju panas bersih pembangkit untuk bahan bakar biomassa sawdust berkisar antara 3045,20 kKal/kWh pada beban 147 MW hingga 3671,32 kKal/kWh pada beban 220 MW. Menurut hukum proporsionalitas terbalik, semakin rendah laju panas netto pembangkit, semakin baik efisiensinya. Misalnya, saat menggunakan 100% Batubara, efisiensi terendah adalah 22,26% pada nilai laju panas pabrik bersih sebesar 4169,38 kKal/kWh, dan efisiensi tertinggi adalah 35,86% pada nilai laju panas pabrik bersih sebesar 2563,97 kKal/kWh. Bahan bakar yang terbuat dari serbuk gergaji memiliki efisiensi berkisar dari 25,83% pada nilai laju panas pabrik bersih sebesar 3671,32 kKal/kWh hingga 30,22% pada nilai laju panas pabrik bersih sebesar 3045,20. Pada tahun 2024, elemen pemanas awal udara diganti, yang mengakibatkan peningkatan pada nilai laju panas pabrik bersih relatif terhadap nilai commisioning. Elemen air heater yang baru lebih renggang dan karena itu terdapat losses yang dapat menaikkan nilai nett plant heat rate. Kata Kunci : Biomassa sawdust, Heat Rate, Efisiensi
Actions (login required)
 |
View Item |
